![]() |
KH Chriswanto Santoso: Umat Islam Tidak Kurangi Semangat Berkurban |
KALBARNEWS.CO.ID
(SURABAYA) -. Wabah penyakit mulut dan kaki (PMK) yang
melanda di Jawa, jangan sampai mengendurkan minat umat Islam untuk berkurban
pada Idul Adha nanti. Pasalnya, dengan berkurban memiliki nilai ibadah yang
tinggi, baik bagi individu maupun kemasyarakatan. Kurban memiliki multiplayer
effect yang signifikan.
Hal itu
disampaikan oleh Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso, saat ditemui di
kantornya, Surabaya pada hari Kamis (16 Juni 2022).
“Secara
pribadi, kurban merupakan wujud ketakwaan hamba kepada Allah. Tak ada amalan
yang paling disukai Allah pada Idul Adha, selain menyembelih daging kurban,”
ujar KH Chriswanto.
Secara
sosial, kurban mampu meringankan beban masyarakat sampai sepekan setelah hari
penyembelihan.
“Pengeluaran
untuk pangan bisa dikurangi karena pembagian daging kurban, ini sangat
membantu. Selain itu, para peternak juga mendapat keuntungan yang berlipat
untuk mengembangkan modal usahanya,” katanya.
Meskipun
saat ini sedang terdapat pandemi wabah PMK, masyarakat tak perlu khawatir
karena penyakit itu tak berbahaya bagi manusia. Namun, ia menyarankan tetap
berhati-hati, karena manusia bisa menjadi pembawa virus PMK ke hewan lain.
“Untuk itu
perlu kehati-hatian, baik peternak maupun jamaah yang sedang mensurvei hewan
kurban,” pungkasnya.
Senada
dengan KH Chriswanto, Medik Veteriner Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jawa
Tengah drh. Slamet Kasiran mengatakan, PMK tidak berbahaya bagi manusia.
Menurutnya, PMK atau yang dikenal juga sebagai Foot and Mouth Disease (FMD)
disebabkan oleh virus Aphtaee Epizootecae. Masa inklubasi virus tersebut dan
sangat menular 1-14 hari sejak tertular penyakit tersebut hingga timbul gejala.
Menurutnya,
penyakit yang menyerang semua hewan berkuku belah atau genap itu telah menyebar
di berbagai daerah di Indonesia. Sebelumnya, pada tahun 1887, Indonesia pernah
mengalami wabah PMK pertama kali, munculnya penyakit itu berawal di Malang
kemudian menyebar ke berbagai daerah.
“Per 13 Juni
2022, penyakit PMK sudah menyebar di 18 provinsi dan 180 kabupaten/kota di
Indonesia. Dan ada sekitar 150 ribu ekor ternak yang sudah terjangkit PMK,”
ujarnya.
Berdasarkan
Keputusan Menteri Pertanian No.403/KPTS/PK.300/M/05/2022 dan Keputusan Menteri
Pertanian Nomor: 404/KPTS/PK.300/M/05/2022, Kementerian Pertanian menetapkan
PMK sebagai wabah di Indonesia berawal dari Provinsi Jawa Timur dan Aceh.
“PMK menjadi
wabah di Indonesia atas usulan Gubernur Jatim dan Gubernur Aceh kepada Menteri
Pertanian sehingga Kementan membuat surat keputusan tentang Penetapan Daerah
Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (Foot and Mouth Disesase) pada beberapa Kabupaten
di Provinsi Jawa Timur dan Aceh,” tambahnya.
Slamet, yang
juga sebagai tutor paramedik kesehatan hewan di Provinsi Jawa Tengah itu
menambahkan, penyebaran penyakit ini sangat cepat dengan menyerang pada ternak
berkuku belah seperti sapi, kerbau, kambing, domba, unta, gajah.
“Namun lebih
banyak menyerang sapi, ditandai mulut berlepuh yang bersuhu tinggi antara 39-41
⁰C. Agar tidak cepat menyebar perlu pembatasan lalu lintas ternak antar kabupaten
maupun provinsi,” ujarnya.
“Masyarakat
bisa mendeteksi gejala PMK melalui gejala klinis, di antaranya, suhu panas
dengan ditandai koncong hidung mengering, mulut mengeluarkan leletan air liur,
berkurangnya nafsu makan dan produksi susu untuk sapi perah mengalami penurunan
drastis sampai dengan tidak ada susunya,” jelasnya.
Menurutnya,
hewan yang terpapar PMK bukan karena faktor keturunan, tetapi lebih disebabkan
karena terinfeksi atau tertular ternak yang terpapar PMK melalui penularan
udara. Dan rata-rata hewan yang terpapar PMK membaik dalam 14 hari setelah
diobati.
“Maka
pencegahannya, ternak yang terpapar PMK agar dipisahkan dari ternak yang sehat
dan melakukan desinfeksi kandang dan lingkungannya. Ini sifatnya adalah
sementara atau temporer, sebab pengobatan bersifat mencegah infeksi sekunder,”
urainya.
Untuk
pencegahan, lanjutnya, ternak-ternak berkuku belah dari penyakit PMK secara
permanen diperlukan vaksinasi PMK. Untuk tahap awal, pada 13 Juni 2022 telah
dilakukan import vaksin PMK sebanyak 800.000 dosis. Diperuntukkan pada pusat
pembibitan dan peternakan sapi perah.
“Selanjutnya
vaksinasi PMK secara masal akan dilaksanakan Bulan Agustus 2022 dengan vaksin
produksi dalam negeri yaitu vaksin Pusvetma Surabaya,” ungkapnya.
Slamet
menyebut, ternak yang terpapar PMK, daging dan susunya tidak bahaya untuk
dikonsumsi manusia karena penyakit PMK tidak bersifat zoonosis (hewan yang bisa
menularkan kepada manusia). PMK bisa disembuhkan dengan memberikan pengobatan
antibiotik, multivitamin, antihistamin dan penurun panas.
“Selain itu,
obat herbal juga dapat digunakan untuk menekan penularan PMK seperti temulawak,
jahe, kunir yang dicampur dengan gula merah,” ujarnya.
Menjelang
Hari Raya Idul Adha, ia menghimbau masyarakat bisa memilih hewan kurban secara
syar'i, memenuhi syarat dan secara klinis, ternak yang dipersiapkan untuk
kurban tidak menunjukkan gejala penyakit PMK dengan dipastikan telah diperiksa
dokter hewan dan mendapatkan surat keterangan kesehatan hewan (SKKH).
“Adanya
penyakit PMK masyarakat jangan panik, karena bisa disembuhkan, penyakit PMK
tidak menular pada manusia dan daging serta susunya tetap aman dikonsumsi jika
dimasak dengan benar,” tutupnya. (kim/tim liputan*).
Editor : Putri