Foto Ilustrasi Virus Omicron |
PONTIANAKNEWS.COM (JAKARTA) - Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan kasus Omicron ini masih banyak ketidakpastian soal penularannya. Ada sejumlah negara dengan kasus Omicron yang tinggi daripada varian Delta ada pula sejumlah negara dengan kasus Omicron di bawah kasus varian Delta.
Di Amerika, kasus Omicron puncaknya mencapai 800 ribu per hari, puncak
kasus varian Delta 250 ribu per hari. Di Prancis puncak kasus Omicron dan
sekarang masih naik tembus di angka 360 ribu kasus per hari, sementara puncak
kasus varian Delta 60 ribu per hari.
Kasus Omicron di Brazil sampai saat ini masih naik di kisaran 190 ribu per
hari sementara puncak varian Delta 80 ribu per hari. Kasus Omicron di India
saat ini mencapai 310 ribuan per hari, sedangkan varian Delta 380 ribu per
hari. Jepang 65 ribu kasus per hari sedangkan Delta 25 ribu kasus per hari.
Di samping itu ada sejumlah negara dengan kasus Omicron justru lebih rendah
dibandingkan kasus Delta. Menkes Budi mengaku masih banyak data yang belum
diketahui dengan pasti.
Misalnya di Afrika Selatan jumlah yang masuk rumah sakit jauh di bawah
kasus Delta. Di Inggris pun kasus Omicron jauh di bawah Delta. Di Amerika
secara persentase kasus aktif di bawah Delta tetapi secara nominal jumlah orang
yang yang masuk rumah sakit lebih tinggi dari kasus Delta.
"Melihat kasus seperti ini karena banyak ketidakpastiannya lebih baik
kita hati-hati, kita waspada, kita tidak usah jumawa, laksanakan protokol
kesehatan, hindari kerumunan dan kurangi mobilitas," kata Menkes.
Jadi, lanjut Menkes, penularan Omicron tinggi sekali dan Indonesia pasti
akan mengalami puncak kasus. Masyarakat Indonesia mesti waspada mengingat kasus
varian Omicron di negara lain bisa mengalami puncak kasus 2-3 kali di atas
kasus Delta.
"Kita masih belum tahu berapa jumlahnya pada saat puncak kasus akan
terjadi di Indonesia. Perkiraan kami puncak akan terjadi di akhir
Februari," ucap Menkes Budi.
Masyarakat diminta tetap waspada dan disiplin protokol kesehatan. Kurangi
mobilitas, hindari kerumunan, dan jaga kesehatan.
Pemerintah memastikan ketersediaan obat dalam penanganan pasien COVID-19
tetap lengkap.
"Kita sudah memastikan bahwa obat-obatan itu lengkap kalau tanpa
gejala pasien cukup minum vitamin, kalau dengan gejala bisa dengan obat anti
panas dan lewat telemedisin, juga bisa mendapatkan obat antivirus," tutur
Menkes Budi.
5 organisasi profesi dan para ahli kedokteran sudah merekomendasikan anti
virus yang untuk digunakan, yakni favipiravir dan molnupiravir. Kemenkes sudah
menyiapkan lebih dari 20 juta dosis, tapi obat tersebut harus dengan resep dari
dokter.
"Kami harapkan mudah-mudahan dengan semua yang sudah kita lakukan
dapat terhindar dari COVID-19. Pesan saya waspada, tetap hati-hati, batasi
mobilitas, jangan terlalu banyak mobilitas," ucap Menkes. (tim liputan).
Editor : Putri