Naas Gadis Wakatobi Ini Diperkosa Di Hari Ulang Tahun |
PONTIANAKNEWS.COM (WAKATOBI) - Seorang gadis malang, sebut saja namanya Bunga, warga Desa Pajam, Kecamatan Kaledupa, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara mengalami nasib buruk, di hari ulang tahunnya yang ke-19 tahun. Bunga diperkosa oleh lelaki bejat, berinisial R, yang merupakan tetangganya sendiri, di tepi hutan saat dalam perjalanan menuju Desa Tampara, di kecamatan yang sama, pada hari Rabu, tanggal 22 Desember.
Nasib
mengenaskan tersebut diceritakan keluarga Bunga kepada Haidir, salah satu
anggota Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Sulawesi Tenggara, baru-baru ini. Dari
penuturan keluarga korban diketahui bahwa lelaki bejat R yang sudah beristri
itu mengancam Bunga dengan badik (sejenis pisau tradisional masyarakat Sulawesi
Selatan) dan memaksanya melayani nafsu setan R.
Di hari naas
tersebut, tutur keluarga korban, Bunga hendak mengantar kiriman dengan
menggunakan sepeda motor ke Pelabuhan Buranga, Kelurahan Buranga, Wakatobi.
Saat itu pelaku, yang melihat Bunga hendak pergi dengan sepeda motor, meminta
tolong untuk diantarkan ke Desa Tampara.
Tanpa curiga
sedikitpun atas permintaan tetangganya yang hampir setiap hari berbelanja rokok
di warung orang tua Bunga ini, korban menyanggupi permintaan R. Sebagaimana
kebiasaan pada umumnya, tidak elok jika seorang perempuan menggonceng
laki-laki, apalagi yang lebih tua, sehingga lelaki bejat berinisial R itu yang
mengendarai motor dan korban duduk di boncengan.
Setelah
mengantarkan kiriman ke pelabuhan, pelaku melajukan sepeda motor menuju Desa
Tampara. Namun, belum sampai ke tempat tujuan, tepatnya di hutan Balasuna
Selatan, ia menepikan motor lalu mengancam Bunga agar melayani nafsunya di
tempat sepi tersebut. Dan, tragedi itupun terjadi.
"Usai
melampiaskan nafsu bejatnya, lelaki itu memaksaku untuk tetap mengantarnya ke
Tampara. Aku tak dapat berbuat apa-apa. Aku akhirnya harus menerima fakta yang
mahaperihnya, bahwa kesucianku telah dirampas secara paksa tepat di hari ulang
tahunku," kata keluarga korban menirukan penuturan Bunga kepada mereka.
Sepulang
dari Tampara, masih menurut keluarga Bunga, dengan berurai air mata, malu dan
menanggung beban berat nan mahaperih, korban melajukan sepeda motornya menuju
Desa Balasuna Selatan dan menceritakan semua yang pengalaman kelamnya kepada
sahabatnya. Temannya itu kemudian memberitahukan tragedi yang dialami korban
kepada bibi, saudara dari ibunya Bunga, yang tinggal di desa Balasuna Selatan.
Mendapatkan
informasi tersebut, di hari yang sama, Rabu, 22 Desember 2021 itu, keluarga
korban melaporkan tindak kejahatan seksual itu ke Polsek Kaledupa dengan nomor
registrasi laporan LP/26/XII/2021/Sultra/Res Wakatobi/Sek Kaledupa. Pakaian
yang dikenakan korban saat kejadian sudah diserahkan ke Polsek Kaledupa, lengkap
dengan hasil visum dari Puskesmas Kaledupa.
Tiga hari
setelah kejadian, tepatnya tanggal 25 Desember 2021, Polres Wakatobi
menyampaikan surat pemberitahuan perkembangan hasil penyelidikan nomor
SP2HP/38/XII/2012/Reskrim Sek. Isinya adalah informasi bahwa polisi akan
melakukan penyelidikan dalam waktu tiga puluh hari ke depan, dan jika
diperlukan waktu perpanjangan penyelidikan dari perkembangannya, akan
diberitahukan lebih lanjut.
"Kakak
kandung korban, Rizal, bersama-sama dengan keluarga sudah beberapa kali
mengunjungi Polsek Kaledupa untuk menanyakan perkembangan kasus. Namun hingga
hari ini laporan sudah lebih sebulan, kasus itu sendiri belum ada perkembangan
penyelidikan yang memuaskan," ungkap keluarga Bunga dengan nada sedih.
Sampai hari
ini Bunga terpaksa memilih mengurung diri di rumah keluarganya. Kadang-kadang
di Desa Balasuna Selatan dan Desa Peropa. "Rasaku belum mampu untuk
kembali ke rumahku di Desa Pajam, karena ada wajah bejat lelaki itu membayang
di sana," keluh Bunga seperti disampaikan keluarganya.
Bunga dan
keluarganya sangat menyesalkan kinerja polisi yang terkesan mengabaikan kasus
ini. "Laki-laki bejat itu masih menikmati kebebasannya menghirup udara
segar. Sementara anak kami tengah dihujam dan dihujani trauma yang sangat mendalam.
Entah sampai kapan traumanya itu dapat dia tanggungkan. Hingga kini tak ada
pendampingan sedikitpun dari Polsek dan dari dinas terkait," sesal
keluarga korban yang merupakan bibinya Bunga.
Berita
pelecehan seksual yang marak diberitakan di televisi, tak pernah terbayangkan
menimpa Bunga di tanah leluhurnya yang indah ini, di gugusan pulau surga bawah
laut yang harum namanya dan terkenal di seantero dunia, Wakatobi.
Sementara
itu, informasi terbaru yang beredar lelaki bejat itu sudah melarikan diri dan
tidak ada di Kaledupa. Masa depan Bunga di ambang kesuraman karena pilu dan
trauma. Pada saat yang sama kebenaran, hati nurani, dan mata keadilan masih
terus memilih bungkam, buta, berpasung-mematung, dan tak berbuat apa-apa.
Untuk itu,
kini Bunga memilih bersuara melalui keluarganya. Selain untuk menegakkan
keadilan atas perampasan mahkota kewanitaannya, juga untuk membuka mata semua
orang, khususnya di tanah leluhurnya Wakatobi, agar tidak mentolerir kebejatan
terhadap perempuan dengan cara apapun dan oleh siapapun. (Sumber: Laporan
Haidir dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Sulawesi Tenggara).
Editor : Putri