Asal Mula Budaya dan Bangsa Tionghoa, Catatan Budaya Syafaruddin Dg Usman |
PONTIANAKNEWS.COM (PONTIANAK) - Bangsa Tionghoa juga dikenal sebagai huaren. Arti sebenarnya dari huruf hua adalah bunga. Lihatlah huruf kunonya. Bukankah terlihat seperti bunga yang berkembang. Dunia tanpa bunga akan terasa lebih membosankan. Kemudian, arti hua diperluas menjadi keindahan, kebaikan, dan kecerdasan.
Nama Cina
kuno adalah Huaxia, yang berarti tanah indah dan subur di dataran tengah.
Huaxia merupakan kombinasi dari nama dua suku Tionghoa kuno, Huaxu dan Xia.
Suku Huaxu lebih kuno daripada suku Xia. Merekalah nenek moyang pertama bangsa
Tionghoa.
Suatu hari,
seorang gadis dari suku Huaxu berjalan-jalan di sepanjang Rawa Guntur. “Dari
manakah asal jejak kaki besar ini?” Jejak kaki itu ditinggalkan oleh Dewa
Guntur. Setelah kejadian itu, gadis tersebut hamil dan melahirkan seorang
anak laki-laki. Dialah nenek moyang bangsa Tionghoa, Fuxi.
Fuxi
dikatakan memiliki kepala manusia dan tubuh ular. Nuwa, dewi yang menciptakan
manusia dengan segumpal tanah liat, adalah adik dan istrinya. Fuxi menciptakan
Delapan Trigram yang terkenal dan menurunkan pengetahuannya pada manusia. Ia
mengatakan bahwa dengan menguasai prinsipt simbol ini, manusia akan memperoleh
kebijaksanaan para dewa.
Nuwa
memegang bulan di tangannya. Di bulan, ada katak legenda. Katak ini merupakan
simbol Nuwa sebagai Dewa Bulan. Fuxi memegang matahari di tangannya. Di
matahari, ada gagak emas. Gagak emas merupakan simbol Fuxi sebagai Dewa
Matahari. Ekor yamg saling berkait menunjukkan bahwa mereka adalah pemberi
makan manusia.
Delapan
Trigram terdiri dari delapan simbol. Simbolnya adalah qian, ku , zhen, xun,
kan, li, gen, dan dui. Simbol ini keihatan sederhana, tapi mengandung hukum dan
prinsip yang mendalam. Delapan Trigram menyatakan bahwa alam raya bukan ciptaan
para dewa, tapi terdiri dari delapan unsur dunia alam. Delapan unsur ini adalah
langkt, bumi, guntur, angin, air, api, gunung, dan rawa.
Bangsa
Tionghoa sering menyebut dirinya keturunan Yanhuang. Yanhuang merujuk pada
keturunan Fuxi Huang Di (Kaisar Kuning) dan Yan Di (Kaisar Api).
Huang Di
memiliki empat wajah yang menghadap ke utara, selatan, timur, dan barat secara
berurutan. Ia menguasai daerah Sungai Kuning dan menghentikan pertempuran yang
berkepanjangan antarsuku. Ia menciptakan embrio sistim negara, membawa bangsa
Tionghoa ke zaman peradaban.
Huang Di
juga menciptakan kostum upacara penguasa, memakai jubah kuning dan hiasan
kepala kuning. Kuning melambangkan warna tanah, menjadi warna khusus yang
digunakan oleh raja dan kaisar. Huang Di memgajar rakyatnya memelihara hewan.
Ia juga mengajar mereka membangun tumah, membebaskan mereka dari kehidupan di
dalam gua.
Huang Di
juga seorang tabib yang hebat. Generasi berikut menyusun pengetahuannya tentang
seni penyembuhan dalam suatu naskah medis pertama yang berjudul Kitab
Pengobatan Kaisar Kuning. Istri Huang Di, Leizu, memelihara ulat sutra untuk
menghasilkan sutra yang digunakan untuk membuat pakaian. Setelah itu, manusia
tidak lagi memakai kulit hewan dan daun daunan.
Cangjie,
salah satu pejabat Huang Di, menciptakan tulisan. Penemuan ini memberi manusia
alat untuk berkomunikasi satu sama lain. Huang Di membuat ding, sejenis panci
dengan dua pegangan, dan zhong camgkir tanpa pegangan, menetapkan aturan-aturan
etiket dan menemukan kalender.
Adapun Yan
Di, ia juga dikenal sebagai Shen Nong (petani suci). Sebagai bapak petani Cina,
ia telah menyumbang banyak untuk peradaban Tionghoa. Yan Di mengajar manusia
untuk menanam lima bini-bijian dan bertanj. Yan Di mencicipi ratusan tanaman,
mengenali jenis-jenis yang bisa digunakan sebagai obat. Akibatnya, pengetahuan
manusia tentang pengobatan herbal pun bertambah.
Yan Di
menemukan qin (sitar), se (alat musik petik sejenis sitar), dan alat musik
lainnya. Ia memberikan sumbangan besar terhadap permusikan Tionghoa. Yan Di
juga membuat gerabah untuk menampung air, menyimpan makanan dan bji-bjian.
Bangs
Huaxia, Bangsa Tionghoa, dan suku lainnya berbaur dari waktu ke waktu menjadi
satu ras, Bangsa Tionghoa Han. Di masa lalu, bangsa Huaxia percaya bahwa
Dataran Rendah merupakan pusat dunia. Mereka menyebut tanah tempat mereka hidup
Zhonghua (zhong berarti pusat) atau Zhongguo (Kerajaan Tengah).
Selain
bangsa Tionghka Han, ada bangsa minoritas, seperti Tibet, Mongol, Bai, Kazakh,
dan Uighur. Mereka dikenal sebagai bangsa Tionghoa (Syafaruddin Dg Usman).
Editor : Putri