Itwasum Polri Harus Jadi Wasit Tegas Yang Tak Ragu |
PONTIANAKNEWS.COM (YOGYAKARTA) - Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyampaikan pesan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi), soal peran utama dari fungsi pengawasan adalah untuk tetap menjamin suatu organisasi berjalan sebagaimana mestinya agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Hal tersebut
disampaikanya pada saat menghadiri rapat koordinasi analisa dan evaluasi (Anev)
Inspektorat Pengawasan Umum (Itwasum) Polri, di Yogyakarta, Jumat (17/12/2021).
"Baik
perencanaannya, kesiapan SDM-nya, logistiknya, bagaimana pemanfaatan penggunaan
anggaran. Sehingga betul-betul bisa dipertanggungjawabkan. Karena memang basis
dari kinerja berbasis anggaran bagaimana pertanggungjawabkan semua, sehingga
akuntabel, efektif dan efisien," kata Sigit mengawali pengarahannya.
Di dalam
organisasi Polri, Sigit menekankan bahwa Itwasum Polri merupakan salah satu
bagian yang sentral. Sigit mengibaratkan bahwa, Itwasum adalah seorang wasit di
dalam pertandingan olahraga. Yang dimana, harus mampu bersikap tegas ketika
adanya pelanggaran-pelanggaran yang terjadi.
"Ibarat
suatu pertandingan olahraga rekan-rekan adalah seorang wasit yang mampu menjadi
wasit yang tegas. Sehingga pertandingan bisa berjalan dengan baik, berjalan
dengan fair, tidak ada pemain yang melakukan pelanggaran, offside atau bahkan
kita ikut larut ke dalam salah satu klub pemain," ujar eks Kapolda Banten
itu.
Sebagai
wasit yang tegas, kata Sigit, harus tahu kapan mesti mengeluarkan kartu kuning
dan kartu merah. Bahkan, juri lapangan itu juga bisa mengeluarkan pemain dalam
suatu pertandingan apabila melakukan pelanggaran yang keras.
"Sehingga
pada saat waktunya melihat kapan ini harus diberikan kartu kuning. Rekan-rekan
juga tidak ragu-ragu kapan diberikan kartu merah. Bahkan rekan-rekan juga bisa
meminta pemain keluar," ucap mantan Kabareskrim Polri ini.
Analogi itu,
kata Sigit, Itwasum harus berperan sebagai pihak yang memastikan bahwa Polri
sudah sesuai dengan tugas pokoknya yakni, melayani, melindungi dan mengayomi
masyarakat. Sehingga, tingkat kepercayaan masyarakat akan terus meningkat
terhadap institusi Korps Bhayangkara.
"Sehingga
betul-betul bisa melaksanakan tugas pokoknya melindungi, melayani dan mengayomi
secara profesional. Kemudian muncul kepercayaan. Karena pelayanan yang baik dan
kemudian harapan kita kepuasan publik yang tentunya akan makin meningkat.
Kepercayaan publik akan semakin meningkat tentunya ini sangat baik untuk
organisaisi kedepan. Penting sekali kepercayaan dan kepuasan publik. Sehingga
Polri hadir dilapangan betul-betul dicintai masyarakat," papar Sigit.
Lebih dalam,
Sigit meminta kepada Itwasum Polri untuk bisa beradaptasi dengan perkembangan
lingkungan strategis. Perkembangan teknologi informasi dan tantangan lainnya,
kata Sigit, Polri harus bisa cepat beradaptasi dengan hal tersebut.
"Demikian
juga disikapi seluruh personel Polri untuk betul-betul kemudian bisa atasi ini
semua. Tentunya peran dari Itwasum Polri selalu mengingatkan dan memanfaatkan
perkembangan lingkungan strategis yang ada. Seperti pemanfaatan teknologi
informasi. Bagaimana mau tidak mau kita harus transparan dan akuntabel. Ini
menjadi harapan publik yang terus berkembang dan kita mengawal serta menjaga
agar organisasi betul-betul mencapai tujuan dengan baik," tutur Sigit.
Lebih dalam,
Sigit memaparkan soal transformasi menuju Polri Presisi di bidang pengawasan
yang mencakup pengawasan terhadap seluruh bidang transformasi organisasi,
operasional dan pelayanan publik. Itwasum Polri harus memastikan mengawal hal
itu berjalan sesuai dengan apa yang sudah ditargetkan.
Terkait
manajemen pengawasan, Sigit menyampaikan harus meliputi, memberikan penjaminan
kualitas, memberikan konsultasi, perumusan kebijakan, pengembangan dan
perencanaan, memberikan arahan dan bimbingan teknis, serta pendampingan
kegiatan.
Dari semua
hal itu nantinya diharapkan, terjadinya pelaksanaan audit, reviu, pemantauan
tindaklanjut, evaluasi, sosialisasi, dan asistensi serta pengendalian mutu.
Sehingga dapat terwujud proses manajemen yang terlaksana dengan baik.
Terkait hal
itu, Sigit mengungkapkan, Posko Presisi yang dibentuknya masih terus melakukan
pengawasan terkait dengan hal tersebut. Penilaian itu dilaksanakan dalam rangka
adanya satu ukuran baik dari kuantitas maupun kualitas.
"Terkait
program transformasi di bidang pengawasan sudah disampaikan ada 3 hal,
pengawasan oleh pimpinan pada setiap kegiatan, penguatan di fungsi pengawasan
dan pembentukan fungsi pengawasan masyarakat. Dimana dari 3 program itu
pencapaiannya hampir 100 persen jadi dalam hal ini saya ucapkan selamat ke
rekan-rekan," kata Sigit.
Sigit
menekankan soal penanganan aduan masyarakat ke aparat kepolisian. Saat ini,
kata Sigit, Polri telah memiliki wadah Dumas Presisi dan Dumas Surat.
Karenanya, Ia meminta jajarannya agar melakukan tindaklanjut dari pengaduan
masyarakat dengan memberikan pelayanan yang responsif, komunikatif, manajemen
pengaduan yang baik, petugas yang profesional, perkembangan penanganan dan
Hotline pengaduan.
"Sehingga
aduan masyarakat bisa kita tindaklanjuti. Bila kita melakukan langkah-langkah
keliru maka muncul masalah baru. Yang tadinya aduan tidak benar tapi kita tidak
pas menanggapinya itu jadi masalah baru. Harapan masyarakat harus bisa
terjawab. Kalau bisa lakukan pengawalan, harapan masyarakat pasti aduan ditindaklanjuti,"
ujar Sigit.
Sigit juga
menyinggung fenomena di media sosial yang kerap mengangkat pelanggaran dari
personel kepolisian. Ia juga membahas kemunculan beberapa tagar Bahkan, muncul
stigma tidak viral maka proses hukum tidak berjalan.
Terkait fenomena
itu, Sigit menekankan harus ada proses evaluasi untuk menghilangkan stigma yang
berkembang di masyarakat. Menurut Sigit, evaluasi itu menjadi bagian dari Polri
dewasa ini yang tidak anti-kritik terhadap masukan dari masyarakat.
"Ini
waktunya kita berbenah untuk melakukan hal yang lebih baik. Bagaimana kita
melihat perkembangan medsos terkait peristiwa yang diupload. Ini menjadi tugas
kita semua," jelas Sigit.
Menurut
Sigit, semua personel kepolisian saat ini harus mampu keluar dari zona nyaman.
Hal itu demi mewujudkan harapan masyarakat sebagai Polri yang dicintai dan
diharapkan.
Oleh karena
itu, Sigit menyebut, harus ada jiwa kepemimpinan yang kuat dan melekat di
setiap personel Korps Bhayangkara. Pemimpin, kata Sigit, harus memberikan
pelayanan, membawa visi-misi organisasi, memahami lapangan, cepat mengambil
keputusan, dan memahami kesulitan anggota.
"Ini
harus diberikan pemahaman. Sehingga level manager dari bawah sampai atas menyesuaikan. Harapan saya menjadi pemimpin
melayani bukan dilayani. Jadi tolong dibantu mengawasi," tutup Sigit. (tim
liputan).
Editor : Putri